Monday, March 26, 2012

11:02 PM - No comments

Tentang Hujan



Dia kembali, dia kehujanan. Apa yang sedang dia butuhkan di antara rintik-rintiknya, selain payung? Jas hujan, mantel hangat, atau sekedar sebuah pelukan dan senyuman. Sementara aku masih duduk di sini, hanya menatap derasnya air hujan mengguyur dan tanpa sengaja mendengarkan nada-nada petiryang memekakan telinga.


Dia kembali. Dia tidak butuh yang kusebutkan tadi. Tak juga senyum dan pelukanku yang hangat. Entah. Aku enggan menghampirinya.Walau payung siap melindungiku dari tusukan-tusukan lembut air hujan yang mendingin. Aku kedinginan, tubuhku lemah di terpa angin hujan yang menyusup perlahan dari balik jendela.


Dia kembali. Dia tersenyum menatapku di antara kaca berembun yang memisahkan pandangan kita. Sementara petir tetap saja tak mau berhenti bersuara. Aku takut, hembusan angin itu telah membawa cintanya jauh entah kemana. Bukan padaku.


Dia kembali lalu kubiarkan dia menikmati rintik-rintik hujan yang mengguyur tubuhnya. Aku hanya bisa memandangnya di sini sambil termangu. Sambil berkhayal, andaikan aku menjadi warna bening pada titik-titik air hujan, yang terus menyentuhmu lalu meresap di tubuhmu dan menguap kembali.


Dia kembali, tapi dia tak akan pernah kembali seperti kenangan yang telah tersirat tentang hujan kemarin.


22 Januari 2010

0 comments:

Post a Comment